Totalitas Siswa Double Track SMAN 1 Tumpang Kabupaten Malang, Rela Begadang Demi Pesanan
Totalitas tanpa batas itulah yang ditunjukkan siswa-siswi SMAN 1 Tumpang Kabupaten Malang ketika menjalani program Double Track. Mereka yang tergabung dalam keterampilan tata boga pastry & bakery sampai rela begadang untuk menyelesaikan ratusan pesanan pada acara Halal bi Halal SMAN 1 Tumpang, April lalu.
Heni Carissa Putri, salah satu siswi yang ikut bermalam di rumah Puji Astuti, trainer tata boga di SMAN 1 Tumpang. Dia beserta ketujuh orang temannya membagi shift untuk menyelesaikan 200 pesanan Dietary Potato Bread dari bapak ibu guru SMAN 1 Tumpang. Shift pertama, katanya, bekerja mulai pukul 07.00-22.00 WIB, kemudian shift selanjutnya pukul 22.00-05.00 WIB. Mereka membagi waktu dan tugas agar pekerjaan selesai dengan baik serta tepat waktu.
"Ada yang nggak tidur, ada yang tidur dulu baru bangun jam 05.00 pagi, terus gantian sama yang tidak tidur tadi," tutur Carissa, sapaan akrabnya.
Siswi asal Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang ini mendapat bagian shift dua. Ia harus bergantian dengan temannya menyelesaikan pesanan roti dari malam sampai pagi buta. Meski begitu, ia memilih terjaga seharian untuk membantu teman-temannya mengerjakan pesanan.
"Nggak begitu capek. Karena seru banget kami sambil bercanda mengerjakannya jadi tidak kerasa kalau sudah pagi. Teman-teman juga semangat mengerjakannya," ungkap siswi kelas XI ini.
Sebelum malam panjang itu, mereka sudah membagi jobdesk. Ada yang menimbang bahan untuk diuleni, mixer adonan, membentuk adonan untuk dimasukkan dalam loyang, mengoven sampai proses packing. Semua dikerjakan bersama-sama dan saling bahu membahu menyelesaikan pesanan.
Carissa mendapat bagian mixer adonan. Tangan terampilnya mampu memixer adonan roti tawar menjadi empat loyang sekaligus. Sedari awal dia memang suka membuat roti dan pernah berjualan brownis kukus bersama sang ibu.
Selain itu, dia banyak belajar dari budenya membuat aneka macam kue, seperti bolu kukus, brownies kukus, cookies, bolu pandan, dan sebagainya. Maka tak heran, gadis 16 tahun ini cukup mahir mengolah adonan hingga jadi kue yang lezat.
"Baru kemarin kami dapat pesenan lagi 50 kotak untuk workshop bapak ibu guru. Risol sama bolu gulung abon. Itu mengerjakannya malam juga," bebernya.
Carissa dan tim seringkali begadang saat kebanjiran pesanan kue. Kali ini, dia menginap lagi di rumah Puji, trainer sekaligus Owner Dapoer Mae yang sudah berpengalaman puluhan tahun di bidang pastry & bakery. Mereka tetap semangat mengerjakan sampai pukul 20.00 WIB dan melanjutkannya selepas subuh, yakni 04.00 WIB.
"Rumah kami jauh-jauh, makanya sama Ibu Puji disarankan menginap biar tidak siang-siang mengerjakannya," terang Carissa.
Di matanya, belajar membuat kue adalah hal menyenangkan. Dengan bimbingan trainer berpengalaman, dia bisa mencoba berbagai resep kue yang bahkan tidak pernah ia tahu sebelumnya. Tak memungkiri, Carissa pernah merasa kesulitan dan gagal saat mempraktikkan resep, contohnya pastry buah karena proses pembuatannya cukup memakan waktu.
Dia juga sempat gagal pada percobaan awal membuat Dietary Potato Bread. Saat itu roti tampak kempes usai keluar dari oven. Ia dan teman-teman segera mendapat arahan dari Ibu Puji dan diberi tahu sebab roti kempes karena kurang lama saat proses mengoven.
"Ibu Puji cara mengajarnya sangat mudah dipahami, tidak belibet saat mempraktikkan. Jadi kami gampang memahami arahannya," ujar Carissa.
Tak hanya Carissa, pengalaman serupa dialami Ketua DT Tata Boga SMAN 1 Tumpang, Kevia. Pemilik nama lengkap Kevia Anandita Azka Putri ini mengatakan, pesanan kue biasanya mereka kerjakan sore hari setelah pulang sekolah. Tak jarang, mereka harus menginap untuk menyelesaikan pesanan dan menjaga kualitas roti.
"Teman-teman biasanya memilih menginap karena kami mengerjakan sampai malam," imbuhnya.
Tim tata boga DT, kata Kevia, tidak keberatan harus menyelesaikan pesanan sampai malam, bahkan harus begadang. Mereka sangat antusias dan senang mengerjakan setiap pesanan yang ada. Terlebih proses pengerjaannya sudah terstruktur sesuai tugas masing-masing.
Sama seperti Carissa, Kevia sempat mengalami kesulitan saat pertama kali membuat Dietary Potato Bread, produk unggulan sekolahnya itu. Ia harus beradaptasi dengan tekstur, takaran air, dan pengadukan adonan sampai benar-benar kalis itu seperti apa.
"Yang paling tricky (sulit) itu pada saat proses oven. Biasanya atasnya sudah gosong tapi bawahnya masih putih, kalau di oven lagi takutnya malah gosong jadi caranya oven atas dimatikan, bawahnya ditambah suhunya," beber Kevia.
Berkat kegigihan mereka ini, SMAN 1 Tumpang berhasil memproduksi berbagai macam kue yang tak hanya lezat tapi juga bernilai jual. Ada soes buah, eclairs coklat, pizza, pastry buah, pastry ayam kari, pastry selai, cum cum, croissant, roti tawar kentang, choux au craquelin (soes jepang), roll gulung abon, dan roti bluder yang dibanderol mulai Rp10.000-25.000 per pcs. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar