Cerita Devi Purnayanti SMAN 1 Sangatta Selatan Asah Skill hingga Cuan di Dual Track
Devi Purnayanti, satu dari sekian siswa SMAN 1 Sangatta Selatan Kabupaten Kutai Timur yang mengikuti program Dual Track keterampilan tata boga.
Berawal dari ketertarikannya terhadap bidang kuliner dan tata boga, gadis 16 ini mendaftarkan diri mengikuti program hasil kerja sama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Timur dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu. Ia melihat, di program ini memberikan fasilitas lengkap, baik berupa alat-alat memasak maupun pelatihan.
"Saya berpikir bisa berkembang ikut ini, karena peralatannya lengkap. Dari sini saya ikut tata boga," ungkap Devi saat diwawancara, Minggu, 10 Agustus 2025.
Tidak hanya soal alat, menurutnya program ini memberikan pelatihan lengkap, mulai dari pembuatan produk, pengemasan dan penyajian menarik, serta bagaimana mengembangkan usaha kuliner.
Selama mengikuti program, siswi kelas XI itu sangat menyukai proses pembuatan brownis dan amplang. Pasalnya, brownis banyak diburu konsumen dan cepat laku. Di samping itu, brownis memiliki tampilan cantik dan menggiurkan.
"Kalau amplang emang sekolah punya branding, ada amplang ceria dan amplang pelangi. Jadi saya suka buat amplang karena produksinya nggak terlalu susah untuk kami yang masih sekolah," ungkapnya.
Devi dikenal jago membuat amplang, jajanan khas Kalimantan Timur berbahan dasar ikan itu. Dia mengaku, amplang memiliki sisi menarik yang bisa dikreasikan dengan warna-warna lucu.
"Awalnya cuma bikin amplang ceria, bentuknya sama kaya amplang-amplang lain. Tapi di sini saya variasi dengan warna-warna yang bikin saya suka, karena lucu," tutur Devi.
Ia bercerita, sebelum mengikuti program ini sudah mahir membuat beberapa jenis jajanan. Setelah mengikuti Dual Track, dia jadi lebih mengetahui bagaimana makanan tersebut hasilnya sempurna, bagaimana cara mengemasnya sampai proses mengelola usaha.
"Dulu coba-coba untuk diri sendiri, sekarang sudah tahu cara menjualnya," kata gadis asal Kutai Timur ini.
Dengan tegas, dia juga mengatakan bahwa dari awal sangat menyukai proses menjual produk. Dia tidak merasa malu atau ragu untuk menjajakan dagangannya pada teman-teman sekolah dan lingkungan sekitar. Bahkan, dia semangat apabila ada bazar dan sesekali menjual sendiri produk buatannya.
"Sama sekali saya nggak malu atau gimana, malah saya semangat nawarin ke adik kelas atau kakak kelas. Karena memang suka," ucapnya.
Dari situ, dia bisa menambah uang saku sekitar Rp50.000 per hari untuk penjualan 15 pcs risol atau lumpia. Jumlah ini bergantung pada jumlah dan jenis jajanan yang dijual.
"Saya berterima kasih dengan adanya Dual Track karena memberikan pengembangan yang baik untuk diri sendiri dengan cara mengembangkan keterampilan usaha dan skill. Orang tua saya juga senang sekali ketika saya ikut Dual Track, karena saya sudah punya jiwa usaha, yang mungkin bermanfaat bagi ke depannya," pungkas gadis yang bercita-cita sebagai psikolog itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar