Jumat, 08 Agustus 2025

Strategi Kurikulum 5S PERVEKT, Ciptakan Entrepeneur Muda Kurangi Angka Pengangguran di Jawa Timur

 


Strategi Kurikulum 5S PERVEKT, Ciptakan Entrepeneur Muda Kurangi Angka Pengangguran di Jawa Timur

Program Entrepeneur Vokasi Kreatif Terpadu (PERVEKT) 2025 menerapkan strategi kurikulum 5S yang mendorong lahirnya entrepreneur muda untuk mengurangi angka pengangguran di Jawa Timur.

Strategi ini, jelas Program Development PERVEKT, Arya Yudhi Wijaya, menekankan pada gerakan atau praktik. Dengan kata lain, cara ini mengajarkan bagaimana menggiatkan wirausaha tidak hanya sebagai teori tapi sampai membentuk unit-unit usaha mini. 

"Ini akan memacu siswa bagaimana cara mencreate produk, memasarkan, mengelola hingga melakukan scale up usaha. Jadi ditekankan gerakan praktik berwirausaha," terang Arya dalam acara Kick of Program PERVEKT SMK 2025, Senin, 21 Juli 2025. 

Lebih lanjut, ia menerangkan bahwa strategi 5S tersebut terdiri dari, Siap, Seleksi, Standardisasi, Showcase, dan Scalling. Tahap pertama, Siap, berarti membangun pola pikir (mindset) wirausaha pada setiap siswa. Mereka akan diajarkan konsep dan membentuk mental wirausaha. 

Pada tahap kedua, Seleksi, siswa diajarkan menyeleksi produk atau jasa yang bisa dijadikan komoditas wirausaha. Di dalamnya mereka akan belajar proses brandstorming dan pembuatan Bussiness Model Canvas (BMC) hingga bisa menjual produk atau jasa tertentu. 

"Disarankan sesuai jurusan. Tapi topik kita adalah wirausaha, jadi bisa sesuai atau tidak yang penting bisa membuat kelompok rintisan usaha sehingga menghasilkan transaksi," katanya. 

Selanjutnya, Standardisasi, para siswa belajar mengenal dan memahami standar sebuah produk atau jasa. Strategi ini penting diajarkan agar produk-produk yang dihasilkan layak jual. 

"Misalnya kalau kue kering itu perlu mengurus izin apa saja, usaha saja apa saja yang harus diurus. Ini harus kita berikan sehingga ketika dijual sudah sesuai standar," imbuh Arya. 

Showcase, para siswa berlatih bagaimana cara memasarkan produk atau jasa yang sudah dibuat. Tahap ini, siswa belajar membranding produk, termasuk melalui platform digital seperti marketplace. 

Sementara Scalling, adalah peningkatan kapasitas usaha. Para siswa yang sudah memiliki produk atau jasa dan mengerti cara memasarkan dengan baik, akan belajar bagaimana usaha tersebut meningkat. Salah satu indikatornya adanya repeat order dari konsumen.

"Kalau sudah terkonsep, bagaimana agar terjadi repeat order oleh konsumen sehingga produk berkembang. Setelah mereka lulus, ketika dilakukan study tracer SMK tidak lagi menjadi penyumbang pengangguran terbesar. Mereka bisa mandiri," pungkas Arya.

Informasi tambahan, PERVEKT merupakan program hasil kolaborasi Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) untuk menekan angka pengangguran di tingkat SMK. 

Tercatat ada 80 sekolah piloting dari 37 kabupaten/kota yang bergabung dalam program ini. Dan, ada sekitar 4.800 siswa SMK yang dibina. (*)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pelajari Proses Percetakan, DT SMAN 1 Bululawang Malang Kunjungi Pabrik Kertas AMIGO

 Pelajari Proses Percetakan, DT SMAN 1 Bululawang Malang Kunjungi Pabrik Kertas AMIGO Sebanyak enam siswa yang tergabung dalam DT desain gra...